Persediaan Barang Dagang dan Pencatatan Akuntansi


Apa Itu Persediaan Barang Dagang ?

Pengertian persediaan barang dagang adalah aset perusahaan yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali dan mendapatkan keuntungan.

Persediaan barang dagang (inventory) bisa dikatakan sebagai aset yang menganggur atau aset yang menunggu untuk dikeluarkan (dijual). Persediaan barang dagang adalah salah satu aset yang termasuk aktiva lancar.

Persediaan barang dagang dimiliki oleh perusahaan dagang dimana perusahaan hanya membeli dan menjualnya kembali tanpa mengubah bentuk fisik barangnya.

Apapun bentuknya, berapapun nilai nominalnya apabila aset tersebut dimaksudkan untuk dijual kembali dalam artian aset tersebut adalah "dagangan" utama, core bisnis perusahaan maka aktiva tersebut termasuk kedalam persediaan barang dagang.

Mobil termasuk persediaan apabila perusahaaan tersebut bergerak dibidang jual beli mobil.

Rumah juga termasuk persediaan barang dagang apabila bisnis utama perusahaan adalah developer atau jual beli rumah.

Tapi jangan sampai salah membedakan..

Misalnya perusahaan dealer mobil, mereka menjual mobil sekaligus memiliki mobil untuk operasional yang digunakan untuk keperluan kantor dan tidak dijual.

Mobil yang mereka jual adalah persediaan barang dagang.

Namun mobil yang mereka pakai untuk menunjang keperluan kantor adalah aktiva tetap.

Sama sama mobil tapi perlakuan terhadap mobil tersebut bisa berbeda.

Strategi Persediaan Barang Dagang

Terdapat beberapa cara yang dilakukan perusahaan dagang untuk mengatur dan mempersiapkan persediaan barang dagang mereka.

#1. Lot Size Inventory (Bath Stock)

Lot size inventory adalah pengadaan persediaan barang dagang dalam jumlah besar melebihi perkiraan kebutuhan yang ada pada saat ini.

Hal ini dilakukan untuk memanfaatkan potongan harga dan ongkos pengiriman persediaan barang dagang.

Biasanya supplier memberikan potongan harga dan ongkos pengiriman per unit menjadi lebih murah apabila pembelian barang dilakukan dalam jumlah yang besar.

#2. Fluctuation Stock (Stok Fluktuasi)

Fuctuation stock adalah pembelian persediaan barang untuk menghadapai kemungkinan terjadi fluktuasi permintaan dari pelanggan yang sulit diperkirakan.

Pengadaan ini lebih bersifat berjaga jaga terhadap permintaan konsumen yang tiba tiba melonjak secara drastis yang tidak diprediksi sebelumnya.

Ketika permintaan meningkat namun stok persediaan tidak mencukupi, maka itu adalah kerugian bagi perusahaan.

#3. Anticipation Stock (Persediaan Antisipasi)

Anticipation stock adalah pembelian persediaan barang untuk menghadapi lonjakan permintaan dari konsumen yang bisa diramalkan atau telah diperkirakan.

Biasanya pedagang menggunakan perkiraan dari pola konsumsi masyarakat sepanjang tahun yang umum terjadi.

Misalnya sebulan atau dua bulan sebelum hari raya idul fitri, pedagang pakaian umumnya telah membeli persediaan dalam jumlah besar karena sudah bisa diprediksi bahwa mendekati lebaran permintaan pakaian akan melonjak secara drastis.

Maka pedagang akan menyetok pakaian untuk berjaga jaga agar tidak kekurangan barang.

#4. Persediaan Konsinyasi

Barang konsinyasi adalah persediaan yang ditempatkan atau dititipkan ditempat lain untuk dijual. Bisa ditempatkan di tempat agen, cabang, atau mitra usaha.

Dalam bahasa yang lebih singkat: Titip barang untuk dijualkan.

Konsinyasi adalah salah satu strategi penjualan yang banyak dilakukan dan tempat yang dititipi barang akan mendapatkan komisi apabila barang tersebut laku terjual.

Pencatatan Akuntansi Persediaan Barang Dagang

Pencatatan persediaan barang dagang adalah pencatatan atas semua transaksi yang berkaitan dengan persediaan barang dagang.

Apa saja transaksi yang bisa mempengaruhi persediaan barang ? dan bagaimana jurnal transaksi persediaan barang dagang ?

faktor persediaan barang dagang

#1. Pembelian Barang Dagang

Pembelian barang dagang akan menambah persediaan barang dagang.

#2. Biaya Angkut Pembelian

Biaya angkut pembelian adalah semua ongkos kirim yang dibayarkan untuk mendatangkan barang dagang dari tempat supplier sampai ke gudang/tempat pembeli.

Termasuk biaya bongkar muat dan asuransi pengiriman (bila ada). Namun ada pembelian dimana ongkos kirim menjadi tanggung jawab pihak supplier.

Terdapat 2 istilah yang cukup penting yang berhubungan dengan pengiriman barang.

#1. FOB Shipping Point
  1. FOB (Free on Board) shipping point adalah barang akan menjadi milik pembeli ketika barang TELAH KELUAR dari tempat/gudang penjual.
  2. Maka, biaya pengiriman adalah tanggung jawab pembeli
#2. FOB Destination Point
  1. FOB Destination point adalah barang akan menjadi milik pembeli ketika barang TELAH SAMPAI ke gudang pembeli. Selama perjalanan pengiriman, barang masih milik dan tanggung jawab penjual.
  2. Maka, biaya pengiriman adalah tanggung jawab penjual (supplier)

#3. Return Pembelian

Return pembelian adalah pengembalian semua atau sebagian persediaan barang dagang kepada supplier.

Return pembelian biasanya terjadi karena barang yang dipesan tidak memenuhi spesifikasi seperti yang diminta.

Bisa karena barang cacat, atau ukuran, bahan dan warna tidak sesuai permintaan.

#4. Potongan Pembelian

Potongan pembelian adalah potongan atau diskon yang diperoleh akibat pembelian persediaan barang dagang.

Biasanya potongan diberikan apabila perusahaan melakukan pembelian persediaan barang dalam jumlah yang besar.

#5. Penjualan Barang Dagang

Penjualan barang dagang sudah jelas, persediaan akan berkurang karena barang dagang telah laku terjual.

#6. Biaya Angkut Penjualan

Biaya yang dikeluarkan untuk mengirim barang dagang yang sudah terjual hingga barang tersebut sampai ke tempat konsumen.

#7. Return Penjualan

Return penjualan adalah pengembalian barang dagang oleh konsumen. Return penjualan biasanya terjadi karena ada spesifikasi barang yang tidak sesuai dengan yang disepkatai/diinginkan oleh konsumen.

Bisa disebabkan karena barang tersebut cacat atau warna, ukuran dan bahan tidak sesuai dengan yang spesifikasi yang telah ditentukan.

Return penjualan akan menambah jumlah persediaan barang dan menurunkan penjualan.

#8. Potongan Penjualan

Potongan penjualan adalah diskon atau potongan yang diberikan kepada konsumen yang membeli. 

Potongan biasanya diberikan apabila konsumen melakukan pembelian secara tunai dan dalam jumlah yang besar.

#9. [Tambahan] Pajak (PPN atau PPnBM)

Adanya PPN atau PPnBM juga bisa mempengaruhi persediaan. Biasanya, pembelian atau penjualan produk akan dikenai tarif pajak.

Namun pembahasan mengenai pajak ini akan dibahas disini agar tidak terlalu panjang dan lebih fokus.

Metode Pencatatan Persediaan Barang Dagang

Metode pencatatan akuntansi persediaan barang dagang terdapat dua metode.

Metode fisik dan metode perpetual.

#1. Metode Fisik

Seperti namanya, metode pencatatan fisik mengharuskan perhitungan barang secara fisik digudang untuk mengetahui jumlah persediaan barang.

Ketika terjadi sebuah transaksi yang berhubungan dengan persediaan, persediaan tidak langsung dicatat/dijurnal.

Hanya transaksinya yang dijurnal.

Misalnya transaksi pembelian atau penjualan, maka yang dicatat adalah transaksi pembelian atau penjualan tersebut.

Walaupun jumlah persediaan digudang bertambah atau berkurang, pos persediaan tidak perlu dicatat.

Contoh jurnal pembelian atau penjualan pada metode fisik akan terlihat seperti ini

jurnal persediaan metode fisik
Seperti yang terlihat pada jurnal tersebut, tidak ada pencatatan akun persediaan barang.

Untuk mengetahui jumlah persediaan, pada akhir periode persediaan barang harus dihitung secara fisik (stock opname).

Salah satu kelemahan metode fisik adalah tidak bisa mengetahui jumlah persediaan secara pasti sebelum dilakukan perhitungan fisik persediaan.

Dan karena jumlah persediaan tidak dicatat maka harga pokok penjualan (hpp) juga tidak bisa diketahui.

HPP baru bisa dihitung ketika persediaan sudah dihitung secara fisik pada akhir periode.

Bisa dibayangkan apabila dibutuhkan pelaporan persediaan setiap bulan, maka akan menghabiskan banyak waktu hanya untuk menghitung persediaan barang.

#2. Metode Perpetual

Tidak seperti metode fisik, metode pencatatan persediaan perpetual adalah metode yang mencatat/menjurnal persediaan barang dagang apabila terdapat transaksi yang berhubungan dengan persediaan.

Jadi apabila terdapat transaksi yang menyebabkan jumlah persediaan berubah, maka rekening persediaan juga akan turut dicatat.

Contoh jurnal transaksi pembelian dan penjualan metode perpetual.

contoh jurnal persediaan metode perpetual

Seperti yang terlihat pada contoh jurnal tersebut, bahwa persediaan turut dicatat dalam transaksi pembelian dan penjualan barang dan juga semua transaksi yang bisa mempengaruhi jumlah persediaan barang. 

Dan pada transaksi penjualan langsung disandingkan dengan harga pokok penjualan (HPP).

Jumlah persediaan barang dan harga pokok penjualan langsung bisa diketahui sewaktu waktu tanpa harus menunggu perhitungan fisik.

Penggunaan metode pencatatan perpetual ini akan memudahkan dalam penyusunan laporan laba rugi dan neraca karena tidak harus menghitung jumlah persediaan barang secara fisik diakhir periode untuk "hanya" mengetahui saldo persediaan akhir.

Walaupun pada pencatatannya tidak perlu mengadakan perhitungan fisik, ada suatu hari perusahaan harus mengecek langsung jumlah persediaan dan mencocokkannya dengan laporan pencatatan.

Perhitungan fisik memang masih diperlukan, namun dilakukan hanya ketika dibutuhkan.

Hal ini dilakukan untuk menghindari ketidakcocokan jumlah fisik persediaan yang ada digudang dan buku catatan.

Apabila ada selisih antara perhitungan fisik dan pencatatan, maka harus dicari penyebab mengapa ada selisih.

Ketidakcocokan ini bisa terjadi karena hal hal seperti kesalahan dalam penulisan/penjurnalan, atau karena ada hal yang mengurangi persediaan seperti barang tercuri atau barang mengalami kerusakan.

Agar lebih mudah untuk memahami metode fisik dan perpetual beserta perbedaan pencatatannya, lebih baik mempelajari dengan contoh soal transaksi persediaan barang dagang.

# Contoh Soal Persediaan Barang Dagang
  1.  PT Nivia Rotan melakukan pembelian tunai 10 unit kursi seharga Rp 500.000 per kursi dan mendapatkan potongan sebesar 5 %. PT Nivia Rotan harus menanggung ongkos pengiriman sebesar Rp 400.000.
  2.  Ketika barang telah diterima, ternyata terdapat 1 buah kursi yang cacat dan dikembalikan lagi kepada supplier
  3. Sebanyak 7 kursi terjual secara tunai dengan harga Rp 950.000 /unit dengan memberikan diskon sebesar 5 % kepada pembeli dan untuk mengantar kursi tersebut hingga kerumah pembeli, PT Nivia Rotan mengeluarkan uang sebesar Rp 100.000
  4. Sebanyak 2 kursi dikembalikan lagi/direturn karena tidak memenuhi speksifikasi pembeli.
Maka pencatatan jurnal transaksi tersebut dengan metode fisik dan metode perpetual adalah sebagai berikut, dan anda bisa membandingkan perbedaan diantara keduanya.
Jurnal Persediaan Barang Dagang

Keterangan

Transaksi 01.

Jumlah Rp 5.150.000 diperoleh dari pembelian bersih. yaitu jumlah pembelian - diskon pembelian kemudian ditambah biaya angkut pembelian

Total pembelian 10 unit: 10 X Rp 500.000 = Rp 5.000.000

Diskon pembelian : 5% x Rp 5.000.000 = Rp 250.000

Harga pembelian : Rp 5.000.000 - Rp 250.000 = Rp 4.750.000

Pembelian bersih : Rp 4.750.000 + Ongkir Rp 400.000 = Rp 5.150.000

Apabila dijurnal satu persatu akan terlihat seperti ini:

jurnal pembelian persediaan barang

Transaksi no 2 : pencatatan adanya return pembelian.

Transaksi no 3: Disini terlihat perbedaan antara metode fisik dan perpetual
  • Metode fisik hanya mencatat transaksi penjualan saja dan tidak mencatat pengeluaran persediaan, karena persediaan akan dihitung secara fisik diakhir periode.
  • Metode perpetual bukan hanya mencatat penjualan, namun juga mencatat pengeluaran persediaan yang akan menambah harga pokok penjualan (HPP).
Penjelasan mengenai angka yang tertera bisa dilihat disini.

jurnal penjualan barang dagang


Transaksi no 4:
  • Metode fisik hanya mencatat return penjualan dan tidak mencatat "persediaan" yang datang kembali (return) karena nanti persediaan akan dicatat secara fisik diakhir periode.
  • Metode perpetual mencatat persediaan yang datang kembali.
Penjelasan mengenai angka yang tertera:

jurnal return penjualan barang dagang

Metode Penilaian Persediaan

Sifat persediaan barang dagang sangat beragam. Hal ini menyebabkan perlakuan dan penilaian terhadap persediaan bisa berbeda beda.

Misalnya, barang yang barang yang mudah aus, cepat busuk, atau harus dikeluarkan terlebih dahulu memiliki perlakuan yang berbeda dengan barang yang tahan lama.

Barang pecah belah perlakuannya berbeda dengan barang yang tahan banting.

Maka, diperlukan prioritas perlakuan mengenai arus keluar masuk barang dari gudang. Mana yang harus dikeluarkan terlebih dahulu dan yang dikeluarkan paling akhir.

Penilaian persediaan barang akan semakin rumit apabila terdapat harga yang berbeda diantara persediaan barang sejenis.

Misalnya, 5 hari yang lalu UD Beras Jaya membeli persediaan beras sebanyak 1 ton dengan harga Rp 10.000 per kg.

Kemudian pada hari ini membeli persediaan beras kembali sebanyak 2 ton dengan harga Rp 11.000.000

Terlihat ada perbedaan harga pembelian barang dalam tempo 5 hari.

Kita tahu, beras memiliki fluktuasi harga yang lumayan tinggi saat paceklik.

Ketika beras terjual, beras mana yang harus dikeluarkan ?

Apakah beras dengan harga Rp 10.000 per kg atau Rp 11.000 per kg ?

Untuk itulah terdapat 3 metode yang diciptakan untuk mencatat dan menilai persediaan barang, yaitu:

#1. FIFO (First In First Out) | masuk pertama, keluar pertama

Pada metode FIFO, persediaan yang pertama kali masuk adalah yang keluar terlebih dahulu.

Misalnya pada kasus UD Beras Jaya tadi, ketika beras terjual, maka beras yang dikeluarkan adalah beras seharga Rp 10.000 dahulu, apabila sudah habis maka kemudian beras seharga Rp 11.000 yang dikeluarkan.

    Lanjutan dan contoh soal metode FIFO disni : Metode FIFO

#2. LIFO (Last In First Out) | masuk terakhir, keluar pertama

Pada metode LIFO, barang yang terakhir kali masuk adalah yang keluar pertama.

Pada kasus UD Beras Jaya tadi, ketika beras terjual maka yang pertama kali keluar adalah beras seharga Rp 11.000, apabila beras seharga tersebut telah habis maka beras seharga Rp 10.000 dikeluarkan kemudian.

     Baca lebih lanjut Metode LIFO disini

#3. Metode Rata Rata (Average Method)

Metode penilain persediaan rata rata adalah nilai persediaan dari nilai persediaan metode LIFO dan metode FIFO.

Anda bisa membaca lanjutan ulasan metode rata rata disini : Harga Pokok Penjualan Metode Rata Rata

Apabila terdapat kesalahan penulisan, penjumlahan atau anda punya pemikiran yang lain, silahkan tinggalkan pesan dikolom komentar. 

Comments

  1. Min, untuk retur pembelian transaksi No.2 dengan nilai 500.000 bukankah senilai 475.000, karena harga satuan barang yang dibeli dikenai diskon 5% ? CMIIW
    ditunggu jawabanya..
    Terimakasihh...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maaf baru sempat buka komentarnya.

      Perlu dipahami. Nilai yang dicatat adalah jumlah UANG yang DITERIMA dari supplier ketika dilakukan pengembalian barang.

      Di dunia nyata. Ada supplier yang mengembalikan uang 100 % dari harga barang. Ada yang mengembalikan 80 %. Ada yang separuhnya. Bahkan ada yang tidak mau menerima return barang. Atau ada yang ditukar dengan barang yang sejenis.

      Yang dicatat adalah yang kita terima (dalam kasus ini uang yang diterima oleh nivia rotan).

      Sengaja saya tidak mencantumkan detail "klausul" pengembalian barangnya agar mudah dipahami. Agar tidak terlalu ribet untuk dipahami.

      Dalam kasus ini. Saya menganggap bahwa harga dan diskon adalah hal yang berbeda. Dinota, kebanyakan dicatat dikolom yang terpisah.

      Saya mengaggap supplier mengembalikan uang secara penuh tanpa adanya potongan.
      Agar mudah dipahami.

      Bagaimana jika supplier hanya mau mengembalikan uang sebesar 475.000?
      Ya dicatat sebesar 475.000.

      Jika supplier hanya mau mengembalikan uang sebesar 200.000?
      Ya dicatat sebesar 200.000

      Jadi dasarnya adalah jumlah uang yang diterima dari pengembalian barang. Bukan harga perolehan barang.

      IMO, Salam kenal

      Delete
    2. Ok baik Pak Eka, saya sudah tercerahkan sekarang.
      Terimakasih..

      Delete
    3. Untuk kasus retur pembelian, saat pembelian ada ongkir sebesar400.000, sedangkan nilai retur pembelian hanya 500.000, bagaimana perlakuan ongkir yg 400.000 trsebut, apakah di bagi rata ke jumlah prsediaan yg tersisa, yg membuat hpp mnjadi brtmbah, atau bagaimana?

      Delete
    4. Bagaimana perlakuan persediaan dengan ada nya retus pembelian senilai 500.000, sedangkan saat pembelian ada ongkir sebesar 400.000. dengan adanya sisa ongkir yg tidak dikembalikan pastinya akan menambah hpp padahal barangnya tinggal 9 unit, lalu bagimana pencatatan dipersediaan nya, apakah ongkir 400.000/9 sehingga nilai bersediaan jadi berubah?

      Delete
    5. Dear Riandra2406.

      Pertanyaan anda bagus sekali. Sangat jeli. Melihat angka yang kecil itu.

      Dan perlakuan akuntansi terhadap retur pembelian yang berpengaruh pada hpp itu, yang anda sampaikan itu memang benar. Seharusnya memang seperti itu. Seperti yang anda katakan itu.

      Tapi sy sengaja tidak menuliskan seperti itu. Tujuannya: Agar mudah dipahami. Oleh yang awam. Agar menghitungnya lebih mudah. Tidak terlalu ruwet. Dan juga tidak panjang. Apalagi, sangat sulit menjelaskannya dengan ketikan. he he he...

      Kalau begitu tulisan saya salah? tidak juga. Mungkin salah tapi masih sangat wajar.
      Ingat. Akuntansi itu bukan tentang "salah" dan "benar". Tetapi "wajar atau tidak wajar".

      Ongkir itu hanya 1 persen dari total valuasi per unit. sangat kecil. tidak material. Ketika diaudit sekalipun: auditornya memahami dan tidak memberikan catatan.

      Kecuali: jika ongkirnya sangat signifikan. Atau jumlah barang yang direturn sangat banyak. Sangat material. Maka pencatatan seperti saya itu sebaiknya dihindarkan.

      Dan bahkan jika anda lebih teliti. Disitu, dibarang yang direturn itu. Ada 5 persen potongan harga yang juga seharusnya dijurnal. yang seharusnya mempengaruhi jumlah hpp. Tapi sekali lagi: tidak material.

      Didunia nyata: hal itu lumrah sekali terjadi.
      Best regards. nicho

      Delete
  2. Informasinya lengkap banget Mas, keren.
    Mau nanya nih Mas.
    Kalau ada kehilangan persediaan barang, bagaimana pencatatan jurnalnya ya?
    Terima kasih sebelumnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jurnalnya:

      Debit: Kerugian kehilangan persediaan Rp xxx
      Kredit: Persediaan Barang Rp xxx

      Atau menggunakan kata yang lain juga tidak apa2...

      Btw salam kenal. Website anda sangat bagus...

      Delete
  3. Informasinya lengkap dan jelas, terimakasih

    ReplyDelete
  4. Nur Chairunnisa24 July 2018 at 13:12

    Kak, mau nanya nih, gimana pencatatan akuntansinya.
    Contoh kasus ditempat kerja saya, lemari plastik dijual ke pelanggan sebanyak 2 lemari plastik, satu lemari plastik kondisinya bagus sedangkan satunya lagi bagian pintu lemarinya ada yang rusak. Lemari yg rusak dikembalikan ke gudang. Ada satu lemari plastik tersedia di toko yang sebenarnya tidak untuk dijual tetapi untuk dikembalikan di supplier (distributor), lemari plastik yang tersedia ditoko itu pintu lemari plastik tersebut kondisinya masih bagus, maka lemari plastik yang pelanggan retur ke toko, pintu lemari yang rusak ditukar dengan pintu lemari yang tersedia di toko yang kondisinya masih bagus. *intinya seperti menutupi kerusakan barang retur dengan barang yang tidak dijual tetapi kondisi masih bagus*

    pencatatannya bagaimana? terhitung retur keseluruhan atau hanya pintu lemari saja? saya bingung, saya baru mengetahui hal seperti ini di dunia kerja:D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Mba Nur. Sedikit muter ceritanya. Jadi agak bingung.. kwkwkwk
      Jadi endingnya: Lemari pelanggan dituker dengan yang masih bagus. Dan yang punya pelanggan. Yang rusak itu. Yang ditukar itu. Akan direturn ke supplier? Begitu?

      Saat ditukar. Tidak ada uang yang dikeluarkan? seperti ongkos kirim?

      Atau pelanggannya diberi konpensasi diskon agar tidak kecewa?

      Kalau tidak. Ya tidak usah mencatat apa2. Ditukar saja.

      Ketika mengambalikan ke supplier itu baru dicatat. Tapi saya tidak tahu. Sistem persediaan itu bagaimana. Apakah konsinyasi? Beli kredit? Beli tunai? Ada potongan harga?

      Juga saat dikembalikan ke supplier itu. Apakah ditukar dengan yang baru? Atau tidak? atau tukar tambah? Atau hanya diambil saja (konsinyasi)?

      Pencatatannya, tergantung seperti apa transaksinya. Semoga bisa membantu. Salam kenal.

      Delete
  5. Sangat bagus, cuma mo nanya, dengan adanya return pembelian 500.000, apa gak berpengaruh pada nilai persediaan? Bukankah nilai persediaan tinggal 5.150.000 - 500.000 = 4.650.000? Mohon pencerahan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya.. tentu berpengaruh.
      Tapi maaf sya kurang menangkap maksudnya. Salam kenal.

      Delete
  6. Tulisannya sangat membantu sekali.. Saya ingin bertanya, bagaimana mencatat persediaan akhir jika 1. Persediaan ada yg sudah berkarat dan tidak bisa digunakan, akan tetapi masih bisa dijual dengan harga yg jauh lebih rendah. 2. Persediaan an belum laku terjual selama dua tahun akan tetapi barang masih sangat bagus..
    Tetimakasih sebelumnya, mohon pencerahannya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama saja pencatatannya. Sesuai saldo persediaan akhirnya. Yang pakai harga perolehan persediaannya. Tidak ada yang berubah.

      Bedanya. Ketika barang telah terjual. Dan harga jauh dibawah harga beli: terjadi RUGI.

      Delete
  7. bagus bgt blognya sangat membantu saya dalam mengerjakan skripsi

    ReplyDelete
  8. mas mau tanya nih,ada persediaan yang rusak,Perusahaan tidak bersedia
    menerima usulan auditor untuk melakukan penyesuaian atas persediaan dengan alasan kerusakan
    diketahui setelah tutup buku, dan tidak menjadi temuan serta nilainya dianggap tidak material. maka apa diperbolehkan tidak melakukan penyesuaian?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Harusnya dilakukan penyesuaian. Tapi dalam dunia nyata: tidak masalah tidak dilakukan. Tidak ada yang peduli. Tapi tetap. dilakukan penyesuaian lebih bagus.

      Delete
    2. berarti tetap dicatat sebagai aktiva?

      Delete
    3. Terserah. Karena sudah tutup buku. Dan nilainya tidak material. Dihapuskan diperiode berikutnya tidak apa apa.
      Saya piikir tidak akan ada y ang peduli

      Delete
  9. mau tanya dong... Boleh ndak di Neraca itu Post Persediaan barang posisinya minus? karena dengan metode fisik... persediaan awal lebih besar dari pada persediaan akhir.
    Benar tidak jika jurnal yang saya pakai :
    - untuk penyesuaian Persediaan Awal :
    Hpp Rp 200.000
    Persediaan awal Rp 200.000

    - untuk penyesuaian Persediaan akhir
    Persediaan akhir Rp 150.000
    HPP Rp 150.000

    Jadi dibuku besar Persediaan saldonya -Rp 50.000

    Mohon saran dan pencerahannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Persediaan tidak mungkin bersaldo minus. Digudang pasti ada barang. Jika tidak ada barang: saldonya nol (0). Tidak mungkin minus.

      pasti ada yang salah. Saya pribadi tidak mengerti kasus pada mba Rinda. Saya kurang menangkap ceritanya.

      Jika pakai metode fisik. Pada akhir periode: dihitung manual. Jumlah persediaannya. CMIIW dan salam kenal

      Delete
  10. halo, saya ingin menanyakan pada transaksi nomor 4 ,angka 902.500 didapat darimana yah ? kenapa bisa didapatkan angka segitu untuk return nya? saya kurang mengerti untuk mencari nilai hpp untuk transaksi return . mohon bantuannya. terimakasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Angka 902.500 didapat dari harga penjualan sebesar 950.000 kemudian mendapatkan diskon 5%
      Sehingga 950.000×5% = 47.500.
      Kemudian 950.000-47.500 menjadi 902.500
      Itulah hasilnya

      Semoga bisa membantu

      Delete
  11. Mhn info perbedaan Metode pencatatan persediaan(periodik dan perpetual) dan metode penilaian persediaan (Lifo, Fifo, avarage)

    ReplyDelete
  12. Tanya dong mas eka, kalau kami perusahaan jasa, punya stok barang yg sudah tercatat awalnya sebagai stok, dan mau dijual kepada rekanan, sementara perusahaan kami tidak mengenal HPP, bagaimana pencatatan atas penjualan tsb? Tks penjelasannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Perusahaan jasa punya stok?
      Catat seperti biasa saja. kas pada stok

      Selisihnya jika ada: pendapatan lain2. atau pendapatan non operasional

      Delete
    2. Kasusnya sama Perusahaan

      Delete
    3. Kasusnya sama..
      Keseluruhan kegiatannya menjual Jasa, beberapa kali sempat membeli barang untuk dijual kembali.

      Untuk jurnal pembelian
      (D) Persediaan
      (K) Kas/Bank

      Jika saat menjual ke customer, jurnalnya seperti apa ?
      Karena tidak mengenal HPP tersebut

      Terima Kasih

      Delete
  13. Halo, saya mau sharing ni, mohon bantuannya. kalau Persediaan yang rusak di Gudang Cabang Bandung senilai Rp12.000.000. Perusahaan tidak bersedia menerima usulan auditor untuk melakukan penyesuaian atas persediaan dengan alasan kerusakan diketahui setelah tutup buku, kerusakan terjadi tahun 2016 dan pada audit Laporan Keuangan 2016 tidak menjadi temuan serta nilainya dianggap oleh Tuan Zayd tidak material.
    a. Apakah persediaan yang rusak masih dapat diakui sebagai aktiva/aset?
    b. Jelaskan bagaimana proses pengukuran persediaan tersebut? apakah nilainya didasarkan
    pada pertukaran masa lalu, pertukaran masa berjalan, ataukah pertukaran masa depan
    yang diharapkan?

    terima kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. a. Masih. diakui sebagai aset. Masih ada nilainya. Sesuai data historis. sebelum dilakukan penyesuaian/penghapusan/penjualan.

      b. Dicatat berdasarkan pertukaran masa lalu. kecuali dilakukan penyesuaian. Atau dijual. Atau dihapus.

      Delete
  14. Akun persediaan kan masuk neraca, sedangkan akun pembelian masuk laba rugi. apa tidak berpengaruh dalam laporan keuangan Pak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebenarnya sy agak bingung dengan pertanyaannya.

      Laporan laba rugi dan neraca adalah salah satu bentuk laporan keuangan

      Delete
  15. mas mau tnya jika PT Nivia Rotan membeli 2 jenis brg, misal nya 10 kursi dan 5 meja, dan ttp di kenakan ongkir yg sama yaitu 400.000. Pertanyaan nya adalah, gmn cara menghitung nilai pembelian bersih msg2 item mas ? krn ak melakukan pencatatan dengan metode perpetual dan FIFO. makasi byk gan, mohon pencerahan nya....;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terserah masnya. Terserah perusahaannya. Mau dibebankan kepada barang yang mana ongkirnya. Yang penting adalah: WAJAR. Nilainya wajar.

      Masnya bisa membagi sesuai dengan persentase nilai barangnya.

      Misalnya. Harga kursi: 400.000. Dan harga Meja: 600 ribu.
      Anda bisa membebankan ongkirnya untuk kursi sebesar 40 persen.
      Dan 60 persen untuk mejanya.

      Atau metode lainnya. Yang penting. sekali lagi: WAJAR.

      Delete
  16. gimana jurnal umum tetang soal persidiaan barang dagang pada akhir priode akuntansi sebesar 3 000.000

    ReplyDelete
  17. Selamat sore rekan nicho,
    Jika pencatatan menggunakan metode perpetual dengan harga average, yg ingin saya tanyakan adalah :
    1. Dalam 1 bulan terdapat 3 kali pembelian dengan harga berbeda, contoh : pembelian 1 = 1000, lalu 1100 dan 1200.
    Jurnal yg terjadi adalah Persediaan pd AP dengan total dari masing2 harga beli.. begitu rekan ?
    2. Lalu akhir bulan dilakukan stok opname, katakan QTY tidak selisih.. harga yg dipakai jika pakai average bagaimana yah ?

    Apakah tidak terkadi selisih pada buku besar ?
    terima kasih.

    ReplyDelete
  18. Assalamualaikum. Mas mau nanya nih. Dilakukan penjualan beras 2 karung secara kredit dgn jurnal piutang pada penjualan. Kemudian terjadi return penjualan 1 karung brs krn rusak tdk layak jual dengan jurnal return penjualan pada pesediaan (alasannya krn brng sdh tdk layak di masukkan di stock. ) pertanyaan sy apakah jurnalnya (sudah sesuai) ? Mohon penjelasannga. Terimah kasih

    ReplyDelete
  19. Assalamualaikum Bang Nicho, semoga sehat selalu.....
    boleh tanya sedikit ada kasus, Si A menyerahkan Modal seperti Modal Penyertaan senialai Rp. 5.000.000 akantetapi nominal modal itu dalam bentuk :
    a. Beras 350 Kg @rp. 10500 Rp. 3.675.000
    b. Timbangan Duduk Rp. 225.000
    c. Sealant Electric Rp. 175.000
    d. Hand Sanitizer 20 tube @10000 Rp. 200.000
    e. Uang Cash Rp. 725.000
    Pertanyaannya bagaimana cara penjurnalannya ??

    kalau Penjurnalan nya seperti ini benar atau tidak?
    Kas Rp5.000.000
    Setoran Modal Penyertaan Rp5.000.000
    Peralatan Timbangan Duduk Rp225.000
    Peralatan Sealent Electrik Rp175.000
    Pembelian Beras 350 kg Rp3.675.000
    Pembelian Sanitizer Rp200.000
    Kas Rp4.275.000

    mohon penjelasan secara akuntansi yg wajar....terima kasih banyak....semoga barokah Amin Yra

    ReplyDelete
  20. pak tolong dibantu pembahasan tentang jurnal untuk barang sample baik di metode pencatatan periodik dan perpetual.. lalu untuk pelaporan L/R jika ada barang sample seperti apa.. terimakasih banyak

    ReplyDelete
  21. Ka mau tanya, kalo untuk restoran kan pasti setiap akhir bulan/tutup bulan kita ada inventory, dan pastinya masih banyak stok bahan makanan yang belum ke jual, apakah boleh nilai nya saya masukin ke pendapatan lain" dalam Bulan itu juga untuk membuat laba rugi, karena jika tidak di masukan kemungkinan bisa rugi, tolong penjelasannya. makasih

    ReplyDelete
  22. tolong dong min jelaskan perlakuan potongan pembelian dan beban angkut pembelian pada persediaan, apakah diakui ketika mencari harga perolehan atau nanti pada saat laporan laba rugi?
    plis pliss bantu jawab

    ReplyDelete
  23. Kalau perusahaan jasa bagaimana ? Misalnya stok pulsa yang berada di server atau aplikasi seperti gopay

    ReplyDelete

Post a Comment

Thanks for coming, kritik dan sarannya kami tunggu, berkomentarlah dengan sopan | Mohon maaf apabila komentar atau pertanyaan yang tidak terjawab karena keterbatasan waktu dan ilmu | Semoga artikel ini bermanfaat.